Internasiona| Tevnyaburuh.com – Lech Walesa lahir pada 29 September 1943 di Popowo, Polandia. Setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah kejuruan, ia bekerja sebagai mekanik mobil pada tahun 1961-1965. Dia memutuskan untuk bergabung dengan tentara selama 2 tahun. Pada tahun 1967, ia dipekerjakan sebagai tukang listrik di kapal milik Gdansk shipyards (Galangan Kapal). Di tahun 1969, ia menikah dengan Danuta Golos dan memiliki 8 orang anak.
Pada bulan Desember 1978, terjadi bentrokan antara pekerja dan pemerintah. Dan dia merupakan salah satu pemimpin para pekerja kapal tersebut. Karena hal itu, ia sempat ditahan sebentar oleh pemerintah. Tahun 1978, ia menjadi pelayan toko. Karena mengambil pekerjaan itu, akibatnya ia dipecat dari kapal.
Setelah itu, ia mulai menjadi aktivis dan menjadi kepala dari serikat buruh. Ia sering ditahan oleh dinas keamanan karena ikut mengambil bagian dalam tindakan di pantai.
Juni 1978, dia menjadi aktivis gerakan bawah tanah pada 14 Agustus 1980, dia kembali menggalang aksi mogok di Galangan Lenin.
Aksi mogok yang berawal dari galangan kapal kemudian merambat ke seluruh Gdansk, sebelum menyebar ke seantero Polandia.
Walesa menjadi Ketua Panitia Mogok Antar-Polandia yang mengoordinasi gerakan mogok baik di Gdansk maupun di 20 daerah lain.
Aksi itu memaksa pihak pemerintah, yang diwakili Mieczyslaw Jagielski, untuk menandatangani Perjanjian Gdansk di 31 Agustus 1980.
Perjanjian itu memberikan hak bagi pekerja Lenin untuk mogok dan membentuk serikat buruh independen, yang melahirkan Solidarnosc.
Walesa menjadi ketua organisasi itu hingga 13 Desember 1981 tatkala Presiden Polandia saat itu Wojciech Jaruzelski mengumumkan keadaan darurat negara.
Pengumuman itu memunculkan penangkapan terhadap sejumlah aktivis Solidarnosc, termasuk di antaranya Walesa, serta menyatakan Solidarnosc sebagai organisasi terlarang.
Walesa dipenjara selama 11 bulan hingga 14 November 1982 di Chylice, Otwock, dan Arlamow. 1983, dia kembali ke Gdansk sebagai teknisi.
Saat itu, dia mendapat penghargaan Nobel Perdamaian. Agustus 1988, dia adalah pemimpin dua aksi protes di galangan yang menuntut adanya proses transformasi di Polandia.
Komite Sipil yang dipimpinnya berkembang menjadi inisiatif politik dan ekonomi secara luas. Hasilnya, Solidarnosc dipulihkan secara hukum.
Di Agustus 1989, dia membujuk mantan tokoh Partai Komunis untuk membentuk koalisi pemerintahan non-komunis di Blok Uni Soviet.
Hasilnya adalah parlemen mengangkat Tadeusz Mazowiecki sebagai Perdana Menteri Polandia non-komunis pertama dalam 40 tahun terakhir.
Pada bulan 1981, ia terpilih sebagai Solidarity Chairman (Ketua Solidaritas) di First National Solidarity Congress in Gdansk.
Pada bulan April 1990 di Solidarity’s second national congress (kongres solidaritas nasional kedua), Walesa terpilih ketua dengan 77,5% suara. Dalam pemilihan pada Desember 1990, ia terpilih sebagai Presiden Republik Polandia dan hal ini menjadi catatan sebagai Presiden pertama yang dipilih secara demokratis oleh seluruh rakyat Polandia. Ia menjabat sampai dikalahkan dalam pemilu November 1995.
Dia memenangkan pemilihan umum 9 Desember 1990 setelah mengalahkan Mazowiecki sebagai kepala negara terpilih pertama dalam 63 tahun sekaligus non-komunis pertama di 45 tahun terakhir.
Selama masa jabatannya, dia menerapkan Rencana Balcerowicz untuk melakukan transisi menuju ekonomi pasar bebas dan privatisasi.
Pada 1993, Walesa sukses melakukan negosiasi terkait penarikan pasukan Soviet yang sudah berada di Polandia sejak 1945.
Dia juga mendukung Polandia untuk masuk menjadi anggota Uni Eropa (UE) dan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Namun, pemerintahannya merosot karena dia tak mampu memenuhi ekspektasi publik yang dianggap “tak realistis”. Puncaknya adalah ketika dia kalah di pemilu 1995.
Kalah di 1995, Walesa mengumumkan bahwa dia bakal kembali ke galangan kapal Gdansk sebagai teknisi. Namun, dia berubah pikiran dan memberi kuliah umum di berbagai negara.
Dia mendirikan Institut Lech Walesa dengan tujuan memopulerkan prestasi Solidarnosc, mengedukasi generasi muda, mempromosikasn demokrasi, dan kekuatan sipil.
Di pemilu 2000, Walesa sempat maju sebagai kandidat presiden. Namun, ambisinya kandas setelah dia hanya mampu 1,01 persen suara.
Sangat malu dengan pencapaiannya, Walesa mengumumkan dia benar-benar mundur dari politik, dan fokus kepada lembaga think tank yang didirikannya.
Walesa sendiri telah mendapatkan banyak gelar kehormatan dari universitas, termasuk Harvard University dan Universitas Paris. Gelar kehormatan lainnya termasuk Medal of Freedom (Philadelphia, USA); Penghargaan Dunia Gratis (Norwegia), dan Penghargaan Hak Asasi Manusia Eropa.
Demikian sejarah presiden buruh dari Polandia ini Tvnyaburuh.com sajikan di edisi Hari Buruh Sedunia, dikutip dari berbagai sumber media.
(2/5/2021).
#Tim