MEDAN| Tvnyaburuh.com – Tepat hari ini tanggal 7 September 2004 adalah hari tragis bagi pejuang Hak Azasi Manusia Munir, pria kelahiran 8 Desember 1965 tersebut harus meregang nayawanya karena dibunuh didalam pesawat dalam kunjungannya ke Amsterdam Belanda.
Dikutip dari kompas.com, Munir di ketahui tewas dua jam sebelum tiba di Bandara Schipol, Amsterdam. Saat itu, Munir diduga sakit sebelum menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 08.10 waktu setempat.
Berdasarkan dokumen Harian Kompas, dugaan itu muncul setelah pendiri Imparsial dan aktivis Kontras itu terlihat seperti orang sakit setelah beberapa kali ke toilet.
Utamanya, setelah pesawat lepas landas usai transit di Bandara Changi, Singapura.
Dua bulan setelah kematian Munir, Kepolisian Belanda mengungkap bahwa Munir tewas akibat diracuni. Hal itu diketahui setelah senyawa arsenik ditemukan di dalam tubuhnya setelah otopsi dilakukan.
Senyawa itu diketahui terdapat di dalam air seni, darah dan jantung yang jumlahnya melebihi kandungan normal.
Seret nama Garuda dan BIN
Nama maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia, yang ditumpangi Munir saat perjalanan terakhirnya turut mendapat sorotan dalam perkara ini.
Terlebih setelah salah satu pilotnya, Pollycarpus Budihari Priyanto, menjadi terdakwa dan dipidana kurungan penjara selama 14 tahun sebagai pelaku pembunuhan.
Setelah Pollycarpus, giliran nama mantan Deputi V BIN Mayjen Purn Muchdi Purwoprandjono yang turut terseret dalam perkara ini.
Badan Reserse Kriminal Polri menetapkan Muchdi Pr sebagai tersangka setelah menjalani serangkaian pemeriksaan. Muchdi pun diketahui menyerahkan diri sebelum diperiksa.
“Beliau menyerahkan diri dan bersikap sangat kooperatif dengan penyidik. Pasal yang dikenakan adalah Pasal 340 tentang pembunuhan berencana juncto Pasal 55 tentang turut serta dalam tindak pidana,” kata Kabareskrim saat itu, Komjen Bambang Hendarso.
Namun, di dalam persidangan pada 13 Desember 2008, Muchdi Pr akhirnya divonis bebas dari segala dakwaan.
Sebenarnya, cahaya harapan agar kasus serta dalang di balik pembunuhan Munir terungkap sempat menyala, yaitu saat Presiden SBY membentuk tim investigasi independen atau tim pencari fakta untuk mengungkap pembunuhan di udara itu.
Namun, hingga kini hasil investigasi itu tidak pernah dibuka ke publik.
Pada 2016 lalu, Komisi Informasi Pusat (KIP) sempat membuat keputusan agar Presiden Joko Widodo dapat mengumumkan hasil penyelidikan yang dilakukan tim pencari fakta.
Namun, Sekretariat Negara justru mengajukan banding atas keputusan KIP ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Banding akhirnya dimenangkan pemerintah di tingkat PTUN pada 16 Februari 2017.
Hingga kini, masyarakat masih berharap agar titik terang pembunuhan kasus ini dapat terungkap.
Kasum Marsinah dan Munir
Hari ini, 7 September 2021 adalah tepat 17 tahun sudah tabir Kematian Munir belum terungkap secara terang benderang siapa pelaku dan dalang intelektualnya.
Berkaitan hal tersebut, tulisan sebuah catatan kritis viral di dibagikan warganet di media sosial hari ini, Selasa (7/9/2021).
Poto Munir dan Marsinah aktifis buruh perempuan yang juga tewas dibunuh karena vokalnya memperjuangkan hak pekerja di perusahaannya, bernasib hampir sama dengan Munir, yakni tidak terungkap secara utuh dalang intelektualnya.
Yang membuat miris dari sang pejuang Munir adalah, Munir pernah menjadi tim yang getol mengungkap kematian tak wajar dari Marisnah 11 tahun sebelum dirinya bernasib sama dengan pejuang buruh perempuan itu.
Catatan kritis itu diberi judul, Kasum Marsinah dan Munir, berikut tulisnya :
Sedemikian tipis batas kematian itu. Dulu, Cak Munir merupakan advokat yang terlibat dalam KASUM (Komite Aksi Solidaritas untuk Marsinah), yang dibentuk untuk melakukan perjuangan dan investigasi kematian Marsinah. Marsinah dibunuh oleh tentara, pada 1993. 28 tahun, kasus kematian Marsinah tidak pernah terungkap, siapa dalang pembunuhannya.
11 tahun berikutnya, sesudah kepergian Marsinah, Cak Munir dibunuh dengan dugaan yang sangat kuat, pelakunya tentara. Lalu, dibentuklah Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM) sebagai usaha untuk terus menggerakkan upaya membongkar siapa dalang sebenarnya pelaku pembunuhan Munir. 17 tahun berlalu, masih gelap dan berhenti pada Pollycarpus, yang diduga hanya orang suruhan. Bukan puzzle utama.
Betapa pedihnya. Cak Munir membentuk KASUM untuk membela Marsinah. Lalu, dibentuk pula KASUM untuk mengusut tuntas dalam pembunuhan atas dirinya. Potongan cerita yang sama pedihnya dan menyisakan benang merah, bahwa memang sangat tipis batas kematian itu.
Hari ini kita membela orang-orang teraniaya, besok bukan tak mungkin kita yang mengalami penganiayaan. Kalau pembunuh Cak Munri saja tidak terungkap, bagaimana dengan kita? Bisa lebih hitam jalan ceritanya.
Itulah alasan penting, pada tahun ke-17, kita tetap harus berjuang. Bukan semata-mata untuk Cak Munir, tapi untuk kita semua!
Demikian catatan kritis terkait 17 Tahun kematian Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Komisi Hak Azasi Manusia, jabatan terakhir Munir hingga mengembuskan nafas terakhirnya di negri orang.
Semoga, Negara dapat kembali mengusut dan mengungkap dalang dibalik peristiwa pembunuhan ini ya sahabat buruh.
#Tim