MEDAN | Deli Art Community (DAC) Sumatera Utara (Sumut) sebuah komunitas yang bergerak dibidang kebudayaan, Sabtu 01 Februari 2025 bertempat di aula Media Centre PTPN IV Regional.I Medan, melakukan diskusi tentang penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Dana Desa (APBDes), tujuan diskusi guna mendapatkan jawaban atas dugaan banyaknya penyimpangan penggunaan Anggaran Dana Desa yang berpotensi merugikan keuangan negara.
Meneer XVI di De La Rive Ouest atau yang biasa disebut Yance, juga merupakan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU), salah satu pimpinan dari DAC saat diminta pendapatnya tentang hasil diskusi Minggu (02/02) memberikan pendapatnya berbentuk catata khusus.
Dari pembicaraan narasumber dan peserta diskusi, ada beberapa catatan yang dapat disampaikan, antara lain :
1 Semua problem di Republik disebabkan karena persoalan *kebudayaan*, yang seharusnya jadi panglima, tetapi justru dipinggirkan. Sebut saja apapun masalahnya, pasti berhulu di bidang kebudayaan. Misalnya ketidakmampuan membuat program, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan, karena keterbatasan pengetahuan. Ketakutan akan intimidasi, karena lemahnya kepribadian. Ketakutan akan dinilai gagal, karena mindsetnya hanya berorientasi pada aspek fisik. Kalau sedikit menghasilkan karya fisik, dianggap gagal. Sementara pembangunan manusia yang harusnya juga diutamakan, jadi terabaikan. Hal ini berpangkal pada kebiasaan berpikir konkrit dan abai pada cara berpikir abstrak.
Penyalahgunaan wewenang juga berangkat pada kesalahan cara berpikir. Menganggap jabatan, kekuasaan, dana desa adalah anugerah, bukan amanah yang harus dipertanggung jawabkan. Dana Desa adalah berkah, rejeki yang dapat dibagi bagi di antara aparat negara.
2 Pemahaman sistem alam semesta di semua pihak sangat dangkal. Dianggap sebuah kebijakan, peraturan, program apa saja cukup dibuat, dijalankan, tanpa ada perubahan struktur aliran materi/ energi/ informasi, tanpa ada perubahan aturan main, kelembagaan, algoritma, mindset / cara berpikir. Akibatnya niat baik apapun pasti berbuah kekacauan, malapetaka berkepanjangan, karena kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan.
3 Segala hal dianggap bersifat universal berlaku di semua ruang – waktu, tanpa memperhatikan aspek partikular, keunikan, kekhususan. Sementara itu tema dasar alam semesta adalah perubahan dan variasi. Variasi itu meliputi bentuk dan substansi bentang alam, populasi, etnik, bahasa, dan sebagainya. Instrumen pengukuran semua dibuat seragam, tidak memperhitungkan variabilitas di alam.
Dengan pola pikir yang benar, dana desa bukan motor penggerak utama, tetapi hanya stimulus seperti percikan api dari busi yang memicu pembakaran di ruang piston blok mesin mobil. Energi utama bukan dari dana desa tetapi dari kreativitas sumberdaya manusia dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan di tiap desa.” Jelas Yance
Reporter: Anto Bangun