Rangkaian Hakordia 2024: Stranas PK Gelar Special Screening Film “Nyanyi Sunyi Dalam Rantang”

JAKARTA | Seni visual menjadi salah satu medium strategis penyampai pesan penting kepada masyarakat. Karenanya, Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) menggelar special screening “Nyanyi Sunyi Dalam Rantang” untuk merinci dan memperkenalkan kembali aksi-aksi nyata Stranas PK dalam upaya pencegahan korupsi, dengan ringan, dalam rangkaian peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2024, di Djakarta Theater XXI, Jakarta Pusat, Senin (9/12),

Koordinator Harian Stranas PK sekaligus Direktur Antikorupsi Badan Usaha (AKBU) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Aminudin, menjelaskan bahwa film ini tidak hanya menyajikan kisah inspiratif tetapi juga menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan terkait perilaku lancung yang sangat menyengsarakan masyarakat.

“Film ini hadir dengan berangkat dari permasalahan konkret yang ada di masyarakat, yang mungkin penanganannya tidak transparan dan akuntabel. Sehingga masyarakat termarjinalkan apalagi yang tidak memiliki akses. Film ini dibuat untuk mengenalkan aksi Stranas PK, sekaligus menggambarkan realita di masyarakat,” jelas Amin.

Hal senada ditegaskan Koordinator Harian Stranas PK, Niken Ariyanti. Menurutnya film ini mampu membawa penonton untuk mengenal Stranas PK lebih dekat, lewat kisah perjalanan seorang pengacara muda bernama Puspa, yang berjuang melawan ketidakadilan.

“Akhirnya cita-cita Stranas untuk mendokumentasikan sepak terjang perjuangan mencari keadilan, sepak terjang mencari kesetaraan, melalui ruang-ruang kita di Stranas PK untuk membangun sistem, direpresentasikan dalam film ini. Harapannya supaya nanti peran yang dimainkan Mbak Della, namanya Mbak Puspa, itu tidak berjuang sendiri,” jelas Niken.

Melalui Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2018, Stranas PK juga telah melakukan berbagai langkah, salah satunya reformasi di sektor peradilan. Upaya ini bertujuan untuk mengurai permasalahan utama yang menjadi akar korupsi seperti keterbukaan proses hukum hingga pengawasan pengelolaan, melalui digitalisasi layanan, seperti sistem peradilan berbasis elektronik (e-Court).

Reformasi ini diharapkan mampu mengurangi potensi suap, gratifikasi, serta kolusi yang sering terjadi dalam proses peradilan, sekaligus memastikan bahwa layanan peradilan dapat diakses oleh masyarakat secara transparan dan akuntabel.

Pemutaran film ini juga diharapkan menjadi momentum penting untuk mengenalkan dan mengedukasi masyarakat untuk turut serta menjadi bagian dari aksi pencegahan korupsi, demi menyongsong Indonesia yang sejahtera dan bebas dari perilaku lancung.

 

Perjuangan di Tengah Labirin Hukum

Pada kesempatan yang sama, aktris Della Datyan menyampaikan harapannya agar film ini membawa pengaruh baik bagi masyarakat. “Puspa digambarkan selalu kalah, tapi dia punya tekad yang luar biasa. Rantang itu menggambarkan harapan, walaupun kecil, tapi harapan itu selalu ada,” jelas Della.

Ia berharap, film ini mampu memantik keadilan hukum di Indonesia yang benar-benar adil dan setara.

Film *“Nyanyi Sunyi Dalam Rantang”* mengangkat cerita yang didasarkan pada kisah nyata dan menggambarkan dampak luar biasa korupsi pada masyarakat, melalui perjalanan Puspa (Della Dartyan), seorang pengacara muda yang berjuang di tengah kompleksitas sistem hukum yang korup. Kasus-kasus yang ditanganinya, mulai dari kriminalisasi petani hingga kolusi antara pengadilan dan korporasi, mengungkapkan lapisan labirin hukum yang melibatkan berbagai pihak. 

Melalui perpaduan drama, tragedi, dan intrik, Nyanyi Sunyi Dalam Rantang tidak hanya menggugah emosi tetapi juga mengajak penonton untuk merenungkan kompleksitas hukum dan perjuangan melawan ketidakadilan. Puspa menjadi simbol keberanian di tengah kesunyian, membuktikan bahwa harapan dan keadilan, sekecil apa pun, selalu layak diperjuangkan. 

Tak hanya itu, Stranas PK dan Garin menggodok cerita ini dengan mengangkat isu-isu yang sangat relevan di tengah masyarakat seperti praktik mafia peradilan, konflik kepentingan, hingga pengawasan kuota impor.

Selain Della Dartyan, film ini juga menampilkan kepiawaian akting dari sejumlah aktris dan aktor kawakan seperti Arswendi Bening Swara, Alex Suhendra, hingga Fajar Suharno.

 

 

#Red/Jais