TVNYABURUH.COM | TAK terasa, kita sudah berada di babak akhir Ramadhan. Tinggal beberapa hari lagi, Ramadhan akan segera berlalu. Tentu dalam dalam suasana penuh rasa haru. Di sisi lain Idul Fitri akan segera datang. Tentu dalam suasana penuh harapan akan kemenangan, juga kegembiraan, setelah menjalankan ibadah puasa selama sebulan. Rasulullah saw. bersabda:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ
Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu dengan Tuhannya (HR al-Bukhari dan Muslim).
Namun demikian, kemenangan sejati tidak hanya terbatas pada lapar dan dahaga yang sukses kita atasi setiap hari selama Ramadhan. Kemenangan sejati adalah saat kita mampu meraih predikat takwa. Sebabnya, itulah tujuan utama dari ibadah puasa:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمْ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalain bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).
Ramadhan di Tengah “Kegelapan”
Sayang, di tengah suasana Ramadhan yang penuh berkah, kita telah lama berada dalam ruang gelap peradaban kapitalisme-sekuler. Di negeri ini, Ramadhan yang suci harus bersaing dengan ragam persoalan besar (ekonomi, sosial, pendidikan, peradilan, hukum, dsb) akibat penerapan sistem kapitalisme-demokrasi-sekuler. Korupsi, bahkan mega korupsi, misalnya, terjadi hampir di semua lini. Utang negara dan bunganya makin membengkak. Pengangguran dan PHK terjadi di mana-mana. Perampasan tanah rakyat oleh oligharki terjadi di berbagai tempat. Kenaikan aneka pajak makin mencekik rakyat. Angka kemiskinan makin meningkat. Problem moral dan sosial makin akut. Hukum masih tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Keadilan pun jauh panggang dari api.
Bisa dipastikan, suasana Idul Fitri yang akan segera datang, yang semestinya dirayakan dengan penuh kegembiraan, akan diwarnai oleh kenyataan pahit, bahwa negeri ini masih berada dalam kegelapan. Tidak aneh jika muncul tagar: #IndonesiaGelap.
Di luar negeri, khususnya di Dunia Islam, kondisinya tak jauh berbeda. Sama-sama gelap. Salah satu bukti nyata dari kegelapan yang melanda Dunia Islam adalah penderitaan rakyat Palestina selama lebih dari tujuh dekade di bawah penjajahan entitas Yahudi. Penjajahan ini berlangsung puluhan tahun karena didukung penuh oleh Amerika Serikat dan Barat imperialis. Dalam kasus paling mutakhir dalam setahun terakhir ini, sudah puluhan ribu warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, yang dibantai oleh tentara Zionis dengan senjata yang didanai oleh AS. Pembantaian itu bahkan sudah dimulai sejak sebelum Ramadhan tahun lalu. Saat ini pun, meski dalam suasana gencatan senjata, entitas Yahudi tak berhenti dari kebrutalannya dalam membunuh rakyat Palestina. Mahabenar Allah Yang berfirman:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىٰ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
Mereka (kaum kafir) tidak akan berhenti memerangi kalian sampai mereka dapat mengembalikan kalian dari agama kalian jika saja mereka sanggup (TQS al-Baqarah [2]: 217).
Di sisi lain, sebagian penguasa Muslim dan Arab justru memilih berdamai dan menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi. Para penguaza zalim tersebut mengabaikan penderitaan saudara-saudara mereka di Palestina.
Fakta lainnya, Dunia Islam berada dalam kegelapan akibat hegemoni Amerika Serikat dan Barat melalui imperialisme modern. Negara-negara Muslim yang kaya sumberdaya justru dikuasai oleh kepentingan asing melalui berbagai cara. Di antaranya: Pertama, intervensi politik. Banyak pemimpin di Dunia Islam adalah boneka Barat yang dipilih bukan untuk melayani rakyat, tetapi untuk melanggengkan kepentingan AS dan sekutunya.
Kedua, ketergantungan ekonomi. Negara-negara Muslim dijerat dengan utang ribawi dari lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Akibatnya, mereka tidak bisa menentukan kebijakan ekonomi sendiri.
Ketiga, pelemahan militer. Dunia Islam dijauhkan dari kemandirian militer dan terus dipaksa bergantung pada senjata buatan Barat.
Padahal Allah SWT telah memperingatkan agar kaum Muslim tidak tunduk apalagi dikuasai oleh kaum kafir, sebagaimana firman-Nya:
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
Sekali-kali Allah tidak akan pernah memberikan jalan kepada kaum kaum kafir untuk menguasai kaum Mukmin (TQS an-Nisa’ [4]: 141).
Allah SWT pun telah melarang kaum Muslim, terutama para penguasa mereka, untuk menjadikan kaum kafir sebagai penolong atau pemimpin mereka:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai penolong/pemimpin kalian (TQS al-Maidah [5]: 51).
Kegelapan Global
Tak hanya Indonesia dan Dunia Islam, kondisi dunia saat ini secara keseluruhan sebetulnya telah lama berada dalam kegelapan peradaban kapitalisme-sekuler. Ideologi kapitalisme-sekuler telah menciptakan berbagai krisis yang melanda hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Di antaranya: Pertama, krisis ekonomi global. Sistem ekonomi kapitalisme global terus menciptakan kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
Kedua, krisis moral dan sosial. Kehancuran nilai-nilai keluarga, meningkatnya dekadensi moral (seperti seks bebas dan LGBT), penyebaran gaya hidup hedonis dan aneka kejahatan/kriminaliatas adalah buah dari sistem kapitalisme-sekuler yang sejak awal menyingkirkan peran agama (Islam).
Ketiga, krisis lingkungan. Eksploitasi sumberdaya alam yang tak terkendali menyebabkan perubahan iklim, bencana ekologis dan kelangkaan sumberdaya bagi generasi mendatang.
Keempat, krisis kepemimpinan global. Para pemimpin dunia lebih banyak mengutamakan kepentingan korporasi dan oligarki dibandingkan dengan kesejahteraan rakyatnya.
Kapitalisme-sekuler jelas adalah sistem yang bertentangan dengan Islam karena menolak hukum-hukum Allah SWT dalam kehidupan. Akibatnya, dunia terus diliputi berbagai penderitaan akibat penerapan sistem ini. Ini sejalan dengan penegasan Allah SWT dalam al-Quran:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran) maka sesungguhnya bagi dia penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124).
Terang Hanya dengan Cahaya Islam
Sebagian orang, termasuk di negeri ini, masih berharap pada sistem kapitalisme-sekuler dengan subsistem demokrasinya untuk membawa perubahan. Namun, fakta menunjukkan bahwa sistem sekuler inilah yang justru menjadi sumber masalah. Sekulerisme memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya, hukum-hukum Allah tidak diterapkan dalam politik, ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, peradilan dsb. Di sisi lain, sistem demokrasi memberikan kewenangan kepada manusia untuk membuat hukum sendiri yang sarat dengan berbagai kelemahan dan kekurangan.
Padahal Islam SWT telah memberikan solusi yang jelas bagi setiap persoalan hidup yang dihadapi manusia, sebagaimana firman-Nya:
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Kami telah menurunkan Kitab al-Quran ini sebagai penjelasan atas segala sesuatu sekaligus sebagai petunjuk, rahmat dan kabar gembira baik kaum Muslim (TQS an-Nahl [16]: 89).
Selain itu, jelas hanya sistem Islamlah satu-satunya yang terbaik. Tiak ada yang lain. Demikian sebagaimana firman-Nya:
وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi kaum yang yakin? (TQS al-Maidah [5]: 50).
Maka dari itu, satu-satunya jalan keluar dari kegelapan—yang melanda negeri ini, termasuk Dunia Islam, juga dunia secara keseluruhan—menuju cahaya yang terang-benderang adalah dengan menerapkan Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan. Ini sekaligus merupakan tuntutan dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam secara total (menyeluruh) (TQS al-Baqarah [2]: 208).
Dengan menerapkan Islam secara total, negeri ini khususnya, juga Dunia Islam dan dunia secara keseluruhan, akan keluar dari kegelapan jahiliah menuju cahaya Islam. Ini sejalan dengan firman Allah SWT:
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya (TQS al-Baqarah [2]: 257).
Hanya dengan cahaya Islam, umat Islam saat ini pasti akan meraih kembali kejayaan mereka sebagaimana generasi mereka pada masa lalu. Kejayaan umat Islam pada masa lalu jelas merupakan hasil dari penerapan syariah Islam secara menyeluruh dalam semua aspek kehidupan mereka.
Berkat penerapan Islam secara menyeluruh oleh negara, pada masa Kekhilafahan Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) yang sangat singkat, misalnya, hampir tidak ada rakyat yang berhak menerima zakat karena kemakmuran begitu merata. Pada masa Kekhilafahan Abbasiyah, ilmu berkembang pesat dan menjadi rujukan dunia dalam berbagai bidang seperti kedokteran, astronomi, matematika, dll. Di Andalusia, Islam pernah membawa peradaban yang sangat maju sehingga Eropa yang sebelumnya berada dalam kegelapan pada akhirnya mengalami masa pencerahan.
Khatimah
Jelas, hanya dengan penerapan Islam secara kaaffah umat ini akan terbebas dari kegelapan menuju cahaya yang terang-benderang. Karena itu saatnya kita meninggalkan ideologi kapitalisme-sekuler. Berikutnya, kita harus segera kembali pada ideologi dan sistem Islam yang sempurna, yang hanya mungkin bisa diterapkan oleh institusi pemerintahan Islam global: Khilafah ‘alaa Minhaaj an-Nubuwwah.
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُو۟لَٰئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
Siapa saja yang tidak berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan, mereka itulah kaum yang zalim. (TQS al-Maidah [5: 45).
Editor: Ahmad Jais Sembiring