DELI SERDANG | Pemerintah Desa Tanjung Morawa B, Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang, telah menyalurkan bibit kelapa dan jeruk nipis kepada warga sebagai bagian dari program Ketahanan Pangan (Ketapang) yang bersumber dari Dana Desa (DD) Tahun Anggaran 2024. Program ini telah memenuhi regulasi dan hingga saat ini telah terealisasi 90 persen.
Pembagian bibit dilakukan secara selektif dan disesuaikan dengan kondisi warga. Mereka yang memiliki lahan atau pekarangan sendiri diberikan bibit kelapa, sedangkan warga yang lahannya terbatas atau tinggal di rumah sewa menerima bibit jeruk nipis.
Proses Musyawarah dan Pemilihan Bibit
Kepala Desa Tanjung Morawa B, Nazarianti, menjelaskan bahwa pengalokasian Dana Desa untuk program Ketapang telah melalui musyawarah desa yang dihadiri oleh Kepala Desa, Perangkat Desa, Kepala Dusun, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
“Dalam musyawarah, kami menyepakati pembelian 2.000 bibit kelapa dan 1.000 bibit jeruk nipis. Keputusan ini diambil berdasarkan pertimbangan manfaat jangka panjang dan keberlanjutan hasil panen,” ujar Nazarianti saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (8/3/2025).
Menurutnya, sebelum diputuskan, ada tiga jenis bibit yang diusulkan dalam perencanaan, yakni cabai caplak, kelapa hibrida, dan jeruk nipis. Namun, cabai caplak dianggap kurang efektif karena hanya bertahan satu tahun, sementara syarat program Ketapang mengharuskan tanaman yang memiliki manfaat jangka panjang.
“Kelapa hibrida setelah tiga tahun akan terus berbuah dan bermanfaat seumur hidup, sementara jeruk nipis hanya butuh dua bulan untuk panen pertama. Kami juga mencontoh desa lain di Kecamatan Tanjung Morawa yang telah sukses dengan program serupa,” tambahnya.
Realisasi dan Respons Warga
Nazarianti mengungkapkan bahwa pembagian bibit kelapa telah mencapai 90 persen, sedangkan bibit jeruk nipis telah tersalurkan sepenuhnya (100 persen). Ia juga meminta warga yang belum menerima untuk segera melapor agar mendapatkan haknya.
“Alhamdulillah, sampai saat ini tidak ada kendala di lapangan. Sebagian warga bahkan meminta tambahan karena melihat potensi keuntungan. Namun, sesuai regulasi, setiap rumah hanya mendapatkan satu jenis bibit agar distribusi merata,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa program ini ditujukan untuk kepentingan individu masyarakat, bukan kelompok tertentu, sehingga manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh setiap warga.
Dukungan dari Gapoktan
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Tanjung Morawa B, Amran Efendi, menilai bahwa program ini merupakan solusi tepat dalam mendukung ketahanan pangan masyarakat.
“Kelapa hibrida saat ini semakin langka dan harganya terus naik karena permintaan pasar yang tinggi. Program ini sangat membantu warga untuk memiliki sumber pangan sendiri,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi kepemimpinan Nazarianti yang dinilai peduli terhadap kebutuhan warganya, terutama dalam sektor pertanian.
“Saya lihat, di bawah kepemimpinan beliau, banyak program pertanian yang baru terealisasi. Bibit kelapa dan jeruk nipis ini sangat cocok untuk kondisi pekarangan warga yang sempit. Bahkan, bisa ditanam dalam pot atau drum tanpa harus khawatir pohonnya menjulang tinggi,” jelasnya.
Menurutnya, program ini bisa memberikan manfaat ekonomi bagi warga dalam jangka panjang. Jeruk nipis dapat dipanen dalam dua bulan, sementara kelapa hibrida mulai berbuah dalam tiga tahun dan bisa menjadi sumber penghasilan berkelanjutan.
#Red