Site icon Tvnya Buruh

Mempersiapkan Diri Menyambut Bulan Suci Ramadhan

TVNYABURUH.COM | Kedatangan Ramadhan, yang sering dikatakan sebagai “bulan suci”, memang masih sekitar sepekan lagi. Namun demikian, suasana Tarhîb (Penyambutan) Ramadhan sudah mulai terasa. Kaum Muslim, seperti tahun-tahun sebelumnya, menyambut kedatangan Bulan Ramadhan dengan penuh sukacita. Ramadhan layaknya “tamu agung” yang kedatangannya selalu ditunggu-tunggu. Apalagi Ramadhan datang cuma setahun sekali. Inilah yang menjadikan kaum Muslim selalu antusias saat Ramadhan datang kembali.

Sebagai “tamu agung” yang kedatangannya hanya setahun sekali, Ramadhan pantas untuk selalu dirindukan oleh setiap Muslim dan selalu ditunggu-tunggu setiap tahun. Namun demikian, Sya’ban, sebagai bulan sebelum Ramadhan, juga tak boleh dianggap sepele. Tidak selayaknya seorang Muslim mengabaikan Bulan Sya’ban. Apalagi Rasulullah saw. pernah mengingatkan:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Bulan Sya’ban—bulan antara Rajab dan Ramadhan—adalah bulan saat manusia lalai. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya dinaikkan berbagai amal manusia kepada Tuhan alam semesta. Oleh karena itu, aku amat suka, ketika amalku dinaikkan (kepada Allah), aku dalam keadaan berpuasa (HR an-Nasa’i).

Hadis ini menunjukkan bahwa Sya’ban memiliki keistimewaan tersendiri. Namun, banyak kaum Muslim yang kurang memanfaatkan Bulan Sya’ban karena lebih fokus pada Bulan Rajab atau Bulan Ramadhan. Padahal jelas, dalam hadis di atas, Rasulullah saw. menyatakan bahwa Bulan Sya’ban adalah momentum amal-amal manusia diangkat kepada Allah SWT. Oleh karena itu, hendaknya kita memperbanyak amal-amal shalih seperti shalat-shalat sunnah, shaum-shaum sunnah, bersedekah, berzikir, membaca al-Quran, berdakwah, melakukan amar makruf nahi mungkar dan ragam bentuk amal-amal shalih yang lain. Tentu agar ketika amal-amal kita disampaikan kepada Allah SWT, kita berada dalam keadaan terbaik.

Pada Bulan Sya’ban Rasulullah saw. juga memberikan teladan kepada kita dengan memperbanyak shaum sunnah di dalamnya. Demikian sebagaimana dituturkan oleh Aisyah ra., “Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa satu bulan penuh kecuali pada Bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dalam satu bulan dibandingkan dengan pada Bulan Sya’ban.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Selain memperbanyak shaum sunnah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saw., generasi shalafush-shâlih sering mengisi Bulan Sya’ban dengan banyak membaca al-Quran (Lihat: Ibnu Hajar, Fath al-Bâri, 13/311).

Imam al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Imân juga menyebutkan bahwa ketika Sya’ban tiba, para Sahabat dan Tâbi’în lebih fokus dalam berinteraksi dengan al-Quran. Bahkan Imam Ibnu Rajab al-Hanbali menyebut bahwa Sya’ban adalah Bulan al-Quran. Sebabnya, pada bulan inilah kaum Muslim mulai meningkatkan intensitas tilâwah dan tadabbur al-Quran sebelum memasuki Bulan Ramadhan. Lalu, saat Ramadhan benar-benar tiba, mereka makin meningkatkan lagi intensitas mereka dalam berinteraksi dengan al-Quran.

Oleh karena itu, kaum Muslim hendaknya mulai membiasakan diri membaca al-Quran lebih banyak sejak Bulan Sya’ban agar ketika Ramadhan tiba, interaksi dengan al-Quran semakin optimal.

Selain itu pada Bulan Sya’ban pula, generasi salafush-shâlih juga biasa mengeluarkan zakat, termasuk banyak berinfak dan bersedekah. Tujuannya, agar orang-orang fakir/miskin memiliki bekal yang cukup untuk menjalankan ibadah puasa pada Bulan Ramadhan. Dengan begitu mereka tidak terlalu repot untuk mendapatkan makanan untuk sahur dan berbuka (Lihat: Ibnu Hajar, Fath al-Bâri, 13/311).

*Mempersiapkan Diri*

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh berkah, ampunan dan rahmat dari Allah SWT. Oleh karena itu, kaum Muslim hendaknya mempersiapkan diri sebaik mungkin agar dapat meraih keutamaan dan keistimewaan bulan suci ini. Salah satu bentuk persiapan tersebut adalah dengan memanfaatkan Bulan Sya’ban, bulan yang sering diabaikan oleh kaum Muslim, namun memiliki keutamaan yang besar dalam Islam. Inilah yang juga dilakukan oleh generasi salafush-shâlih. Salah satunya bernama Amr bin Qais rahimahulLâh. Demi mempersiapkan diri untuk menghadapi Bulan Ramadhan, jauh-jauh hari ia bahkan—saat memasuki Bulan Sya’ban—sudah mulai menutup tokonya (menghentikan kegiatan bisnisnya). Ia lalu menyibukkan dirinya dengan banyak membaca al-Quran.

Begitulah generasi salafush-shâlih. Bagi mereka, bisnis duniawi—sekalipun mendatangkan keuntungan besar—tidak lebih penting daripada menyucikan jiwa mereka demi menyambut kedatangan Bulan Ramadhan yang penuh berkah. Karena itu jauh-jauh hari mereka sudah memfokuskan diri untuk memperbanyak ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT. Di antaranya dengan memperbanyak membaca al-Quran sepanjang Bulan Sya’ban.

Terkait pentingnya mempersiapkan diri sebelum Ramadhan tiba, Amr bin Qais pernah berkata:

طُوْبَى لِمَنْ أَصْلَحَ نَفْسَهُ قَبْلَ رَمَضَانَ

Beruntunglah orang yang berusaha menata (menyucikan) jiwanya sebelum Ramadhan datang (Ibnu Rajab al-Hanbali, Lathâ’if al-Ma’ârif, hlm. 138).

Mensucikan jiwa dapat dilakukan antara lain dengan banyak bertobat kepada Allah SWT. Dengan begitu, saat memasuki Ramadhan seorang Muslim dalam keadaan bersih dari dosa. Selanjutnya ia harus berupaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan dirinya agar lebih siap menghadapi ujian dan godaan saat berpuasa.

Dengan demikian Sya’ban adalah waktu yang tepat untuk melatih dan membiasakan diri melakukan ragam ketaatan dan amal-amal shalih sebelum memasuki Bulan Ramadhan. Selama Bulan Sya’ban, kita bisa mulai melatih dan membiasakan diri dengan memperbanyak shaum-shuam sunnah; memperbanyak shalat-shalat sunnah, seperti shalat tahajud dan dhuha; memperbanyak membaca al-Quran setiap hari; memperbanyak sedekah; memperbaiki akhlak; meningkatkan aktivitas dakwah dan amar makruf nahi mungkar serta ragam amal shalih lainnya; sekaligus menjauhi ragam dosa dan maksiat. Dengan begitu, ketika Ramadhan tiba, kita sudah terbiasa melakukan ragam ketaatan dan amal shalih sekaligus menjauhi ragam dosa dan kemaksiatan. Dengan itu pula kita dapat menjalani puasa Ramadhan dengan jauh lebih baik.

Sebagaimana diketahui, tujuan utama dari ibadah puasa Ramadhan adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Demikian sebagaimana firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Telah diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu pernah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).

Namun demikian, takwa tidak dapat diraih secara instan. Dibutuhkan latihan dan pembiasaan. Salah satunya dengan banyak berlatih dan melakukan pembiasaan pada Bulan Sya’ban. Jika seseorang terbiasa melakukan ragam amal shalih pada Bulan Sya’ban, maka saat Ramadhan tiba, ia akan lebih mudah menjalankan ibadah kepada Allah SWT dengan maksimal dan mencapai derajat takwa.

Bulan Ramadhan adalah bulan ampunan, tetapi bagaimana mungkin seseorang mengharapkan ampunan Allah SWT jika ia belum bersungguh-sungguh bertobat sebelumnya? Oleh karena itu, Bulan Sya’ban adalah kesempatan terbaik untuk memperbanyak istighfar dan tobat. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah dan mohonlah ampunan-Nya. Sungguh aku pun biasa bertobat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR Muslim).

Tobat yang benar (tawbat[an] nashûhâ]) menuntut pelakunya untuk berhenti total dari ragam dosa dan maksiat. Ia harus menjauhkan diri dari segala bentuk dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Di antaranya adalah dosa menzalimi orang lain walau hanya menyerobot sejengkal tanahnya. Dalam hal ini Rasulullah saw. telah mewanti-wanti kita:

مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ

Siapa saja yang berbuat zalim meski hanya menyerobot sejengkal tanah (milik orang lain), niscaya akan ditimpakan kepada dirinya tujuh lapis bumi (pada Hari Kiamat) (HR al-Bukhari).

Selain itu, saat Ramadhan nanti, orang yang berpuasa, tetapi masih sering melakukan kezaliman kepada sesama, baik dengan perkataan maupun perbuatan, dikhawatirkan puasanya menjadi sia-sia.

Dalam hal ini, para pemimpin, terutama para penguasa dan para pejabat, lebih layak untuk bersegera meninggalkan segala bentuk kezaliman terhadap rakyatnya. Mereka sejak awal seharusnya menyadari amanah dan tanggung jawab mereka di hadapan Allah SWT pada Hari Akhir nanti. Jika para pemimpin ini banyak menzalimi rakyat mereka, mereka kelak di Akhirat tidak akan masuk surga alias bakal dimasukkan ke dalam neraka. Rasulullah saw. bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَهُوَ غَاشٌ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Tidaklah seorang hamba (pemimpin) yang telah Allah amanahi untuk mengurusi urusan rakyatnya, lalu dia mati dalam keadaan menzalimi rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan surga bagi dirinya (HR Ibnu Hibban).

Karena itu Bulan Sya’ban ini adalah momen yang tepat bagi para pemimpin untuk segera menghentikan segala bentuk kezaliman, menegakkan keadilan dan menjalankan amanah dengan benar. Jika mereka sungguh-sungguh ingin mendapatkan keberkahan pada Bulan Ramadhan, mereka harus meninggalkan segala bentuk kezaliman sebelum bulan suci itu tiba.

‘Alâ kulli hâl, semoga kita semua dapat memanfaatkan Bulan Sya’ban ini dengan sebaik-baiknya agar kita bisa memasuki Bulan Ramadhan dalam keadaan suci, bersih dan siap berpuasa demi meraih takwa dengan takwa yang sebenar-benarnya.

 

*Hikmah:*

Allah SWT berfirman:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى . وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى . بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Sungguh berbahagia orang yang mensucikan dirinya dan biasa mengingat Nama Tuhan-Nya, lalu mendirikan shalat. Akan tetapi, kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itulah yang lebih baik dan lebih kekal (TQS al-A’la [87]: 14-17).

 

 

Buletin Kaffah Edisi 383 (22 Sya’ban 1446 H/21 Februari 2025)

Editor: Ahmad Jais Sembiring

Exit mobile version