Mahasiswi Pasca Sarjana UI Sebut, Ada Pelajaran Atas Serangan Rusia Ke Ukraina

JAKARTA | TVNYABURUH.COM – Tepat pada Hari Kamis, Tanggal 24 Februari akan diingat oleh rakyat Ukraina sebagai hari terburuk sejak negara ini merdeka pada tahun 1991 silam. Rusia menyerang Ukraina dengan tujuan operasi militer khusus, melakukan ‘demiliterisasi’ dan Ukraina tidak bergabung dengan NATO. Itu terlihat dengan kekuatan militer Rusia yang dikerahkan ke Ukraina tidak sampai 20%. Karena pada dasarnya kekuatan militer Rusia yang powerful hanya akan dipakai untuk melawan NATO.

Bagi sebagian orang atau negara, Presiden Putin dianggap penjahat. Memang tidak ada alasan yang membenarkan suatu perang. Tetapi ini pengecualian. Hal ini disampaikan, Nur Amalia Dini Priatmi (Nadin), Mahasiswi Pasca Sarjana Universitas Indonesia (UI) dalam keterangan pers Senin (14/3/2022).

Menurut Nadin, pengecualian yang dimaksud dalam arti Putin merasa Russia terancama jika Ukraina masuk menjadi anggota NATO. Lebih dari itu, seperti yang dikatakan Ibu Connie Rahakundini Baqrie bahwa serangan Rusia ke Ukraina untuk memberi pelajaran pada AS dan NATO. Ketika Uni Soviet runtuh dan pecah menjadi beberapa Negara sebut saja Latvia dan Lithuania dan dua Negara itu kemudian masuk kedalam NATO. Russia tidak terlalu mempersoalkan itu karena jaraknya dengan Moscow relatif jauh.

“Ketegangan Russia Ukraina dimulai sejak 2008, ketika Ukraina dan Georgia diundang bergabung dengan NATO. Putin sudah mengingatkan NATO untuk tidak mengundang Ukraina. Ketidaksenangan Putin sangat beralasan, sebab Ukraina negara yang berbatasan langsung dengan Russia. Dan ini buffer zone terakhir Rusia. Jadi ini persoalan keamanan nasional Russia”. ujar Nadin yang juga mahasiswa Pascasarjana Fakultas Ilmu Politik UI itu.

Ketegangan ini sempat mereda, namun kembali memanas sejak 2014. puncaknya massa anti pemerintah presiden Ukraina Viktor Yanukovych yang pro Russia berhasil digulingkan dan Volodymyr Zelensky naik menjadi Presiden. Rusia merespon dengan mencaplok Krimea. Rusia juga mendukung separatis di wilayah Donetsk dan Luhansk, untuk menentang pemerintah Ukraina dan 24 Februari 2022 mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.

“Bayangin jarak Kyiv Moscow hanya 756km, masih lebih jauh jarak Kota Serang, Banten ke Surabaya, Jatim yang mencapai 829km. Jelas Russia tidak aman karena sewaktu-waktu jika terjadi perang, rudal NATO bisa lebih cepat menjangkau Moscow”, tutur Nadin.

“Ini bentuk Self Defense. Apa yang dilakukan Rusia adalah bentuk pertahanan untuk mengatisipasi ancaman jika Ukraina bergabung ke NATO”, sebutnya.

Menurut Nadin, ia sepakat dengan pendapat sebagian orang bahwa dunia ini tidak boleh dikomondai oleh satu atau kelompok negara tertentu. Harus ada keseimbangan. AS sudah menjadi polisi dunia puluhan tahun dan sejak berakhirnya perang dingin, AS berbuat semena-mena. Mereka AS dengan NATO-nya menyerang berbagai negara seperti Irak, Afganistan, Libya, Suriah, dan banyak negara lain tetapi kenapa dunia internasional dan media diam. Dan Rusia bisa melakukan itu. Kasus Irak misalnya, Presiden Sadam Husein dituduh oleh gedung putih menyimpan senjata nuklir namun tuduhan itu tidak pernah bisa dibuktikan. Dan kita tau setelah meninggalnya Sadan Husein AS mengakui memang tidak ada senjata nuklir di Irak dan begitu mudahnya AS bilang karena terjadi kesalahan informasi dari intelejen mereka di Timur Tenagh.

Nadin yang juga Pengurus Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia Korwil DKI Jakarta mengungkap kalau Putin tidak terlalu mempersoalkan bahkan mempersilahkan Ukraina kalau bergabung dengan Uni Eropa (UE), asal jangan NATO.

Sebaiknya Angkat Bendera Putih

Serangan sudah berjalan 19 hari. Belum ada tanda-tanda perang berakhir. Ada banyak kerugian baik materil maupun non materil terutama dipihak Ukraina. Warga sipil yang berdosa menanggung akibatnya.

“Perang ini akan berakhir jika Zelensky menyerah. Tujuan serangan ini jelas, Rusia ingin mengganti Zelensky dengan Presiden baru yang pro kepada mereka dan memperingatkan NATO untuk tidak mengajak Ukraina bergabung”, tandasnya.

Menurut Nadin, secara de facto, perang ini sudah selesai. Rusia sudah berhasil mencapai sebagian besar targetnya dan NATO tidak berani berperang dengan Russia. Kondisi Ukraina memprihatikan, kota-kota hancur, tentara banyak yang mati, termasuk angkatan bersenjata Ukraina telah banyak dihancurkan.

Secara teoritis menurut ahli bahwa keberhasilan serangan militer disebut berhasil jika memenuhi 3 syarat: berhasil mengisolasi suatu negara dari diplomasi internasional; berhasil menghancurkan angkatan bersenjatanya; dan berhasil menaklukkan mental tentara dan pimpinannya. Ke 3 syariat ini sudah terpenuhi di Ukraina.

Kasihan rakyat Ukraina, sebaiknay Zelensky menyerah. Jangan lagi seolah-olah masih kuat dan tegar di depan media agar mental tentara Ukraina tidak jatuh mental. Zelensky sudah 5 kali memohon mohon agar bisa bertemu Vladimir Putin. Tapi semua permintaan ini ditolak Puitn sebelum semua syarat yang diminta Rusia dipenuhi.

Dari kejadian di Ukraina sekarang, kita bisa mengambil pelajaran, jangan salah pilih Presiden; jangan salah perhitungan soal perimbangan kekuatan dan peta geopolitik; jangan gegabah dan terlalu percaya diri dengan sokongan asing dan bantuan luar; jangan underestimate kepada lawan yang selama ini hanya terlihat lemah. Rusia memang tidak pernah pamer, tapi sekali pamer bisa merusak; ukur baju sendiri dan posisi diri sebagai pemimpin; jangan pernah lengah, karena dunia ini tidak punya tempat untuk orang orang lemah dan lengah; jangan nyaman dengan kelompok sendiri, karena berada dalam komunitas lemah akan membuat kita merasa paling kuat, semacam katak di bawah tempurung karena semua punya limit. Pelajaran bagus bagi bangsa Indonesia!!

Laporan: Syafii padang