Site icon Tvnya Buruh

Keistimewaan Bulan Ramadhan

 

 

TVNYABURUH.COM | Tiada kata yang layak diucapkan oleh seorang Muslim yang berbahagia, kecuali ucapan syukur, AlhamdulillLâh, khususnya saat Allah SWT mempertemukan kembali dirinya dengan bulan istimewa, yakni bulan Ramadhan.

Ramadhan adalah bulan istimewa dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Di dalamnya kaum Mukmin diwajibkan menjalankan ibadah puasa sebulan penuh, sebagaimana firman Allah SWT:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).

Takwa sebagai buah dari pelaksanaan puasa Ramadhan adalah derajat yang istimewa. Sebabnya, ketakwaan adalah sebaik-baik bekal kehidupan di dunia bagi seorang Muslim dan bekal keselamatan di akhirat. Ini sejalan dengan firman Allah SWT:

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ

Berbekallah kalian. Sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kalian kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal (TQS al-Baqarah [2]: 197).

Imam Ibnu al-‘Arabi di dalam Kitab Ahkâm al-Qur’ân memberikan penjelasan atas frasa la’allakum tattaqûn (agar kalian bertakwa) dengan tiga penjelasan. Pertama: Mukmin yang telah meraih derajat takwa akan terbentuk dalam dirinya sikap untuk selalu menjauhi perbuatan dan perkataan yang Allah haramkan, baik selama menjalankan puasa Ramadhan maupun setelah Ramadhan berakhir.

Kedua: Sesungguhnya ibadah puasa bukan ditujukan untuk melemahkan fisik, tetapi untuk melemahkan syahwat yang mengajak manusia pada kejahatan. Jika syahwat melemah, niscaya kecenderungan takwa akan menguat. Jika ketakwaan menguat, seorang Mukmin akan terdorong untuk selalu berbuat ihsân, beribadah kepada Rabb-nya dengan penuh keikhlasan, mencintai hukum-hukum Islam serta selalu bersemangat dalam menjalankan semua perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ketiga: Mukmin yang meraih takwa sebagai buah dari puasa Ramadhan juga akan selalu menjauhkan diri dari perbuatan meniru-meniru perilaku kaum kafir. Puasa adalah wahana untuk membentuk loyalitas hanya kepada Allah SWT, Rasul-Nya dan kaum Mukmin. Loyalitas inilah yang akan menghindarkan seorang Muslim dari upaya-upaya meniru-niru pemikiran, adat-istiadat dan peradaban kaum kafir yang bertentangan dengan Islam.

Terkait makna takwa pula, Imam ath-Thabari, saat menafsirkan QS al-Baqarah ayat 183 di atas, antara lain mengutip Imam al-Hasan yang menyatakan, “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap perkara apa saja yang telah Allah haramkan atas diri mereka sekaligus melaksanakan perkara apa saja yang telah Allah titahkan kepada mereka.” (Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân li Ta’wîl al-Qur’ân, I/232-233).

Allah SWT menggambarkan karakteristik orang-orang yang bertakwa dengan beberapa sifat sebagaimana yang difirmankan di dalam al-Quran:

الٓمٓ . ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِينَ . ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ . وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ هُمۡ يُوقِنُونَ

Alif Lâm Mîm. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan di dalamya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang mengimani perkara gaib, yang mendirikan shalat, yang menafkahkan sebagian rezeki yang telah Kami anugerahkan kepada mereka, yang mengimani Kitab (al-Quran) yang telah diturunkan kepada kamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum kamu; serta mereka meyakini adanya (kehidupan) akhirat (TQS al-Baqarah [2]: 1-4).

Allah SWT pun berfirman:

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ . ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ . وَٱلَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَٰحِشَةً أَوۡ ظَلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ ذَكَرُواْ ٱللَّهَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ لِذُنُوبِهِمۡ وَمَن يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ إِلَّا ٱللَّهُ وَلَمۡ يُصِرُّواْ عَلَىٰ مَا فَعَلُواْ وَهُمۡ يَعۡلَمُونَ

Bersegeralah kalian meraih ampunan dari Tuhan kalian dan meraih surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit; orang-orang yang biasa menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain—Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan; (juga) orang-orang yang jika mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka—siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah—dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sementara mereka mengetahui (TQS Ali Imran [3]: 133-135).

*Ramadhan Bulan Istimewa*

Ramadhan adalah bulan istimewa. Sebabnya, Allah SWT benar-benar menebarkan aneka kebajikan selama bulan ini. Banyak keutamaan yang ada dalam bulan suci ini. Di antaranya: Pertama, limpahan keberkahan dari Allah SWT bagi orang-orang yang menjalankan puasa, di antaranya berupa pintu-pintu surga yang dibuka dan pintu-pintu neraka yang ditutup. Rasulullah saw. bersabda:

قَدْ جَاءَكمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ وَتُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ

Sungguh telah datang Bulan Ramadhan. Bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan atas kalian puasa di dalamnya. Pada Bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu (HR Ahmad).

Kedua, al-Quran diturunkan pada bulan mulia ini. Al-Quran adalah petunjuk hidup bagi seluruh manusia agar berjalan di atas jalan kebenaran dan keselamatan. Betapa rusaknya jika manusia berjalan di atas jalan kegelapan. Karena itu Allah SWT menurunkan al-Quran sebagai petunjuk hidup agar manusia selamat di dunia dan bahagia di akhirat. Karena itu seorang Mukmin wajib mensyukuri kehadiran Bulan Ramadhan ini. Allah SWT berfirman:

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ

Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang haq dan yang batil) (TQS al-Baqarah [2]: 185).

Ketiga, pahala kebaikan pada Bulan Ramadhan dilipatgandakan. Ini seharusnya memicu kaum Muslim untuk menjadikan Ramadhan sebagai momentum untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Selama Ramadhan hendaknya kaum Muslim benar-benar memanfaatkan setiap detik, menit, jam dan harinya untuk memperbanyak ragam ibadah dan ketaatan.

Pelipatgandaan pahala akan memberikan motivasi bagi seorang Muslim untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah shalat, membaca dan memahami al-Quran, melantunkan zikir dan doa kepada Allah. Ramadhan juga semestinya diisi dengan amal-amal shalih yang berdimensi sosial, seperti sedekah kepada kaum dhuafa, memberikan makan untuk berbuka puasa kepada fakir miskin, menjalin ukhuwah islamiyah, berdakwah dan melakukan amar makruf nahi mungkar, memperbanyak silaturahmi, dll.

Keempat, di dalam Bulan Ramadhan ada Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kapan Lailatul Qadar terjadi hanya Allah SWT yang tahu. Hal ini seharusnya semakin menambah semangat kaum Muslim untuk bisa meraih keutamaan Lailatul Qadar ini dengan memperbanyak ibadah, khususnya pada malam-malam sepuluh hari akhir Ramadhan. Yang lebih istimewa lagi, pada saat Lailatul Qadar inilah Allah SWT menurunkan al-Quran, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ . وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ . لَيۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَيۡرٌ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرٍ

Sungguh Kami telah menurunkan al-Quran pada saat Lailatul Qadar. Tahukah engkau, apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan (TQS al-Qadar [97]: 1-3).

Kelima, Bulan Suci Ramadhan bisa menjadi wasilah penghapusan dosa manusia sekaligus menjadi perisai mereka dari siksa api neraka. Tentu jika puasa Ramadhan mereka jalankan dengan penuh keikhlasan dan sesuai dengan tuntunan syariah. Rasul saw. bersabda:

الصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنْ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنْ الْقِتَالِ

Puasa Ramadhan merupakan perisai (pelindung) dari azab neraka, seperti perisai (pelindung) salah seorang dari kalian dalam peperangan (HR an-Nasa’i dan Ahmad).

Rasulullah saw. juga bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa saja yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hanya mengharap ridha Allah, dosa¬-dosanya yang telah lalu pasti diampuni (HR al-Bukhari).

Akhirnya, marilah kita menjadi hamba Allah yang istimewa, dengan mensyukuri kehadiran bulan istimewa ini dengan menghiasi setiap waktunya dengan berbagai amal shalih. Selain amalan individual yang sifatnya rutinitas, mari kita syukuri kehadiran bulan suci ini dengan meningkatkan amal dakwah dan amar makruf nahi mungkar untuk menghilangkan berbagai bentuk kezaliman, khususnya kezaliman penguasa, yang tentu pahalanya jauh lebih besar.

Mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan diri untuk semakin istiqamah dalam ketakwaan hingga ujung kehidupan. Lebih dari itu, mari kita jadikan Ramadhan sebagai momentum untuk semakin istiqamah sebagai pejuang Islam hingga terwujud penerapan Islam secara kâffah di muka bumi ini.

 

*Hikmah:*

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan takwa yang sebenar-benarnya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (TQS Ali Imran [3]: 102).

 

Buletin Kaffah Edisi 384 (29 Sya’ban 1446 H/28 Februari 2025 M)

 

Editor: Ahmad Jais Sembiring

Exit mobile version