Said Iqbal : Saatnya Membangun Partai Buruh, Bergerak Dalam Senyap, Dengan Kecepatan “High Speed”

banner 120x600
JAKARTA| Tvnyaburuh.com – Kalahnya kaum boeroeh dalam perjuangan menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja adalah satu bukti kecil bahwa boeroeh kalah dalam perjuangan politik di parlemen.
 
Masih banyak contoh lain yang secara politik kaum boeroeh dikalahkan, upah murah, outsourcing seumur hidup, kontrak berulang ulang, pesangon rendah, harga rumah selangit sehingga sedikit sekali buruh yg memiliki rumah, harga barang yang terus naik, anak anak buruh yang mayoritas tidak bisa kuliah dikarenakan biaya mahal, PHK sewenang wenang, jaminan pensiun yg rendah hanya 300 ribu perbulan.
 
Demikian sepenggal catatan kritis, Said Iqbal Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) yang diterima TVnyaburuh.com. Sabtu (17/7/2021).
 
Rasanya, lanjut Iqbal, kita kehilangan kata kata, bagaimana mungkin “Negara” telah merampas masa depan buruh dan anak- anaknya serta dengan sadar, “memiskinkan secara struktural” kaum boeroeh melalui disahkannya omnibus law oleh Pemerintah dan DPR.
 
Pukulan telak kekalahan kaum boeroeh dan rakjat kecil, tak ada satupun partai politik bergeming terus menerus menyuarakan penentangan secara terbuka meminta pemerintah membatalkan Omnibus Law, bahkan bila perlu melakukan seruan aksi konstitusional secars terbuka kepada buruh dan rakjat kecil.
 
“Nothing,tidak ada! Kitalah sendiri, kaum boeroeh yang merubah nasib kita dan anak anak kita.Terus berjuang demi kaum boeroeh melalui gerakan serikat buruh dan tentukan sekarang atau tidak sama sekali untuk membangun perjuangan gerakan politik yg diizinkan konstitusi yaitu membangun partai buruh..now or never,” sambung pengurus PBB Bidang Perburuhan ini (Governing Body ILO).
 
Lebih lanjut Iqbal mengungkapkan, petani yang tidak lagi memiliki tanah tapi hanya menjadi buruh tani dengan upah murah, pupuk dan benih yang mahal tidak seimbang dengan harga jual gabah, impor beras yg merugikan petani dan rakyat, harga solar yg mahal membuat hasil tangkapan ikan menjadi tidak berarti, perkampungan nelayan pasti rumah reot dan miskin, guru dan tenaga honorer yg tidak pernah diangkat pns dan banyak yang bergaji hanya 300 ribu perbulan.
 
“Tidak cukup rasanya kertas untuk menuliskan potret kehidupan petani, nelayan, guru dan tenaga honorer, miskin kota, miskin desa,” paparnya.
 
Anak muda yang kehilangan masa depannya “anak kita” karrna makin sempitnya lowongan kerja yang baik yang hanya diisi anak orang kaya, anak boeroeh dan rakjat kecil lulus sekolah cukup menjadi karyawan kontrak dan outsourcing.
 
Kampus kampus PTN dan swasta ternama mayoritas di isi oleh anak orang kaya yang saat sama ikut bimbingan belajar, anak buruh cukup sampai SMA, perempuan termarjinalkan, ibu jamu gendong, ibu penjual sayuran, ibu penjual yaqult, perempuan miskin menitikan air mata yg menunggu suaminya pulang membawa uang hanya untuk sekedar membeli susu murah untuk anaknya, para disabilitas yg tidak memadai mendapatkan tempat untuk bekerja, dan begitu banyak lagi perempuan termarjinalkan dan anak muda yang kehilangan harapan masa depan dikarenakan omnibus law  yang bersifat penyediaan lapangan kerja yang beraroma kekuasaan pemilik modal yang begitu berkuasa dilindungi payung penguasa.
 
“Kaum boeroeh dan rakjat kecil tidak memilih, karena pilihan hanya ada ditangan pemilik modal dan orang kaya, itulah pandangan kita, kaum boeroeh,” keluh Iqbal.
 
Lebih lanjut, Iqbal menyampaikan, Kaum boeroeh, Buruh pabrik, buruh kantor, buruh tani, buruh nelayan, buruh goeroe dan tenaga honorer, buruh bidan dan perawat, buruh supir, tukang ojek dan ojol, ibu jamu gendong, pedagang asongan, pedagang kaki lima, ibu tukang sayur, perempuan termarjinalkan, kaum disabilitas, para anak muda yg progresip menginginkan perubahan, dan rakjat kecil. 
 
“Bersatoelah… Bangun terus gerakan serikat buruh sebagai perjuangan klass…Persiapkan alat perjuangan gerakan politik yaitu Partai Buruh..” tegas Iqbal.
 
 
“Bergerak dalam senyap dengan kecepatan tinggi… Selebihnya biarah  ALLAH SWT TUHAN YME  yang memutuskan, Partai Buruh sebuah keniscayaan,” tutup tulisan Presiden buruh ini.
 
#Tim