SHARE NOW

Buruh Bikin Film: “Suara Yang Dibuang” Tayang Perdana 5 September di 5 Kota

MEDAN | TVNYABURUH.COM -Perhimpunan Jurnalis Rakyat (PIJAR) yang merupakan sayap organisasi Partai Buruh bakal menggelar pemutaran film dokumenter berjudul “Suara yang Dibuang” pada hari Selasa, tanggal 5 September 2023 serentak di 5 (lima) kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar.

 

“Khusus di Jakarta, pemutaran perdana akan diselenggaraakan di 15th Park Kemang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan,” ujar Kahar S. Cahyono selaku Ketua Bidang Infokom dan Propaganda Partai Buruh yang juga sebagai sutradara dalam pembuatan film ini.

 

Mengutip pendapat John Grierson, Kahar menyampaikan bahwa film dokumenter merupakan “penggambaran kreatif tentang kenyataan”. Menurut pandangannya, film dokumenter bukan sekadar merekam fakta, tetapi juga memadukan elemen seni dengan tujuan mendokumentasikan aspek-aspek kehidupan manusia secara obyektif. 

 

“Dalam kaitan dengan itu, film ini merekam ikhtiar dari kelas pekerja yang selama ini suaranya diabaikan dan bahkan dibuang di keranjang sampah dalam membangun alat politiknya sendiri. Dan yang menarik, keseluruhan proses pembuatan film ini dikerjakan sendiri oleh para buruh yang sebagian merupakan pekerja muda atau millenial,” ujar Kahar.

 

Latar belakang pembuatan film ini didasarkan pada kenyataan, bahwa di Indonesia, demokrasi elektoral selama ini jauh dari rakyat kecil. Tak jarang rakyat kecil, termasuk kelas pekerja hanya dijadikan komoditi politik oleh elit politik dan kaum oligarki. Tak heran, kebijakan politik yang diambil lebih banyak merugikan kelas pekerja dan jauh dari suara rakyat. Politik dijadikan barang najis dan asing bagi rakyat kecil sehingga harus dijauhi. Padahal, menjauhkan rakyat dari akses politik adalah tindakan sistematis menjauhkan rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang menentukan nasib mereka.

 

“Hingga akhirnya, kaum buruh, petani, nelayan, miskin kota, pekerja rumah tangga, pemuda, hingga penyandang disabilitas, menyadari pentingnya kelas pekerja untuk ikut ambil bagian dalam membangun alat politiknya sendiri. Kiprah rakyat kecil ini bangkit merebut ruang politiknya dengan membangun partainya sendiri inilah yang dipotret dalam film ini,” lanjutnya.

 

Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengapresiasi pembuatan film oleh kalangan buruh. Jika selama ini buruh identik dengan demonstrasi untuk menyuarakan aspirasi, mereka juga bisa bersuara melalui film. 

 

“Partai Buruh mendorong dan memfasilitasi anak-anak muda membuat karya kreatif untuk menyuarakan realitas sosial,” ujar Said Iqbal. 

 

Lebih lanjut dia menjelaskan, lahirnya Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja menjadi titik awal penderitaan rakyat kecil khususnya pekerja. Undang-undang ini pula yang menjadi cikal bakal lahirnya kembali Partai Buruh di Indonesia. Tentu akan menarik jika kaum buruh itu sendiri mendokumentasikan proses perjuangannya ke dalam sebuah karya.

 

Said Iqbal menyampaikan, setelah pemutaran perdana yang dilakukan serentak di 5 (lima) kota, pihaknya menginstruksikan seluruh jajaran Partai Buruh untuk menggelar nonton bersama (nobar) di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

 

“Nobar akan dilakukan terbuka di halaman kantor exco Partai Buruh, kontrakan-kontrakan buruh, perkampungan nelayan, posko-posko perjuangan petani, dan tempat-tempat lain di mana kelas pekerja berkumpul,” lanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

NEWSTICKER